Asal Usul Ikan Hiu di Menu MBG Ketapang yang Picu Kasus Keracunan di SDN 12 Banua Kayong
Asal Usul Ikan Hiu di Menu MBG Ketapang yang Picu Kasus Keracunan di SDN 12 Banua Kayong
ketapangnews.web.id – Kasus keracunan massal yang menimpa siswa SDN 12 Banua Kayong, Ketapang, Kalimantan Barat, pada akhir September 2025 memicu sorotan publik terhadap pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Menu ikan hiu goreng, yang tidak lazim disajikan untuk anak sekolah, menjadi penyebab utama perhatian masyarakat dan menimbulkan pertanyaan: dari mana asal ikan hiu tersebut?
🐟 Ikan Hiu Bukan Produk Impor
Kepala Regional MBG Kalbar, Agus Kurniawi, menjelaskan bahwa ikan hiu yang digunakan dalam menu MBG tersebut bukanlah produk impor.
“Ikan hiu itu dibeli dari TPI Rangga Sentap, produk lokal,” kata Agus kepada wartawan, Rabu (24/9/2025).
Penegasan ini sekaligus menjawab rumor yang berkembang di media sosial mengenai dugaan impor bahan pangan yang digunakan dalam program MBG. Namun, fakta bahwa menu tersebut berasal dari produk lokal tidak lantas mengurangi kekhawatiran akan risiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan.
⚠️ Kelalaian SPPG dalam Menyusun Menu
Agus menyebutkan bahwa keputusan menyajikan ikan hiu sebagai lauk dalam menu MBG merupakan kelalaian dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang bertanggung jawab mengatur menu di daerah tersebut.
“Harusnya menu yang dipilih itu yang digemari siswa. Anak-anak jarang sekali mengonsumsi ikan hiu. Bisa saja ikan hiu ini memiliki kandungan merkuri. Itu yang sangat saya sesalkan kemarin,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa menu MBG seharusnya dirancang sesuai dengan preferensi anak-anak sekaligus aman untuk dikonsumsi. Pemilihan ikan hiu dianggap keliru, apalagi ada risiko kandungan merkuri yang membahayakan kesehatan anak.
👩⚕️ Rekomendasi Ahli Gizi Lokal yang Disesalkan
Agus juga mengungkapkan bahwa menu ikan hiu tersebut awalnya direkomendasikan oleh seorang ahli gizi yang bekerja di dapur SPPG. Ahli gizi ini adalah tenaga rekrutan lokal dengan latar belakang sarjana gizi.
“Saya sempat marah ke ahli gizi. Dia sudah meminta maaf dan mengakui kalau hal tersebut murni keteledoran,” kata Agus.
Padahal, standar penyusunan menu MBG secara nasional mengatur komposisi gizi yang seimbang, yakni 30 persen protein, 40 persen karbohidrat, dan 30 persen serat. Dalam kasus ini, standar tersebut diabaikan oleh pihak dapur SPPG sehingga menimbulkan masalah serius.
📋 Investigasi dan Ancaman Penutupan Dapur SPPG
Agus menegaskan bahwa pihaknya masih menunggu hasil investigasi resmi untuk memastikan apakah makanan dari program MBG benar-benar menjadi penyebab keracunan massal di SDN 12 Banua Kayong.
“Kalau hasil investigasi membuktikan makanan dari MBG sebagai penyebab keracunan, maka dapur SPPG yang berada di bawah naungan Yayasan Adinda Karunia Ilahi akan ditutup permanen,” tegasnya.
Namun, jika hasil investigasi tidak membuktikan keterkaitan langsung, pihaknya tetap akan melakukan evaluasi secara menyeluruh.
“Kalau tidak terbukti, kami tetap akan melakukan evaluasi bersama Badan Gizi Nasional (BGN). Kepala SPPG tetap kami nonaktifkan hingga waktu yang belum ditentukan,” lanjut Agus.
Langkah ini menunjukkan keseriusan pihak MBG untuk menegakkan standar layanan dan memastikan keselamatan konsumsi makanan bagi siswa.
🧒 Kritik terhadap Pemilihan Menu MBG
Program MBG yang dirancang pemerintah pusat bertujuan untuk meningkatkan gizi anak-anak sekolah agar dapat belajar dengan lebih sehat dan berprestasi.
Namun, insiden di Ketapang ini menjadi catatan penting bahwa selain ketersediaan anggaran dan distribusi, pemilihan menu juga memegang peran krusial dalam keberhasilan program.
Banyak pihak menilai bahwa penyedia makanan MBG perlu memperhatikan preferensi dan kebiasaan makan anak-anak serta menghindari bahan pangan yang memiliki potensi risiko kesehatan.
🔎 Pentingnya Standar Kesehatan dan Pengawasan
Kasus ini menjadi pelajaran penting bagi seluruh penyelenggara MBG di daerah lain. Diperlukan pengawasan ketat terhadap proses penyusunan menu dan distribusi makanan agar tidak menimbulkan risiko kesehatan.
Selain itu, edukasi bagi para ahli gizi dan pengelola dapur sangat penting agar mereka memahami pentingnya mengutamakan bahan pangan yang aman, higienis, dan sesuai dengan standar gizi yang ditetapkan.
Agus menegaskan kembali bahwa target gizi dalam setiap hidangan MBG wajib dipenuhi dengan disiplin untuk memastikan anak-anak mendapatkan manfaat optimal dari program ini.
🌟 Kesimpulan
Kasus keracunan di Ketapang akibat menu ikan hiu goreng menjadi peringatan serius bagi pelaksana Program MBG.
Meskipun ikan hiu tersebut merupakan produk lokal yang dibeli dari TPI Rangga Sentap, kelalaian dalam pemilihan menu oleh pihak SPPG menunjukkan adanya celah dalam pengawasan dan manajemen program.
Hasil investigasi nantinya akan menjadi penentu langkah selanjutnya, apakah dapur SPPG yang terlibat akan ditutup permanen atau hanya dievaluasi.
Kejadian ini diharapkan menjadi pelajaran berharga agar program MBG dapat berjalan dengan lebih baik, aman, dan sesuai dengan tujuan utamanya: memberikan asupan gizi sehat bagi anak-anak sekolah tanpa menimbulkan risiko kesehatan.
Cek juga artikel paling top di kabarsantai.web.id
